Penyakit Avian Encephalomyelitis (AE) mungkin masih belum familiar di kalangan peternak maupun masyarakat umum. Penyakit yang sering disebut sebagai epidemic tremor ini memang belum banyak ditemukan di lapangan.
Meski begitu, penularan atau penyebaran penyakitnya wajib untuk diwaspadai. Pasalnya, jenis penyakit apa pun tentu akan merugikan peternak. Pertumbuhan ayam terhambat dan produksi menurun tentu akan berakibat pada menurunnya omset.
Sebelum membahas lebih jauh, sebaiknya kenali dulu penyakit AE dan hal yang menjadi penyebab utamanya. AE sendiri merupakan penyakit viral atau disebabkan oleh virus dan menyerang sistem saraf pusat ayam.
Morbiditas dari penyakit epidemic tremor ini cukup tinggi, yaitu mencapai 60%. Sementara mortalitas atau angka kematiannya mencapai 25% – 50%.
Penyebabnya adalah Avian Encephalomyelitis Virus atau AEV. Virus tersebut merupakan jenis yang tidak beramplop. Kebanyakan penularan penyakit AE terjadi secara vertikal, yaitu dari induk kemudian menular melalui telur dan AE pun tertularkan kepada anaknya.
Selain itu, penularan juga dapat terjadi secara horizontal, yaitu dari ayam yang sudah terpapar AEV ke ayam yang masih sehat. Penularannya dapat terjadi secara langsung maupun melalui perantara feses, pakan, atau air minum.
Ayam yang tertular AEV tidak akan langsung menunjukkan gejala. Gejala mungkin baru akan muncul pada hari 7-10 sejak penularan pertama kali. Virus satu ini menular ke ayam dewasa maupun ayam muda.
Berikut ini adalah beberapa gejala yang kerap timbul pada ayam yang tertular virus AE.
Khusus untuk ayam dewasa atau yang usianya sudah lebih dari 3 minggu, penularan AE tidak akan menunjukkan gejala yang berarti. Gejala hanya akan muncul pada ayam berusia muda, khususnya usia 2 hingga 3 minggu.
Berikut ini adalah beberapa gejala klinis yang kerap muncul:
Ayam petelur dewasa yang terserang epidemic tremor biasanya akan menunjukkan gejala berupa penurunan produksi telur. Penurunan tersebut berkisar antara 5 hingga 10%. Namun ini hanya sementara dan tidak diikuti gejala klinis seperti di atas.
Khusus untuk ayam pembibit yang tertular virus AE, tidak hanya kuantitas telur yang mengalami penurunan. Kualitas telurnya juga menurun dan berakibat pada penurunan daya tetas atau hatchability. Hal tersebut terjadi akibat kematian embrio.
Selain gejala klinis seperti di atas, ayam yang tertular virus Avian Encephalomyelitis juga menunjukkan perubahan secara anatomi. Salah satunya adalah dinding otot ventrikulus terdapat area warna putih yang terjadi karena infiltrasi sel limfosit. Selain itu, perubahan lebih banyak terjadi pada otak, seperti:
Setelah mengetahui detail penyakit AE berikut dengan penyebab dan gejalanya, sebaiknya pahami juga langkah penanganannya. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, AE merupakan penyakit viral atau disebabkan oleh virus.
Artinya, penyakit ini tidak bisa diatasi dengan obat-obatan. Satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan lebih luas adalah memisahkan ayam yang sudah sakit. Selanjutnya, lakukan juga langkah-langkah berikut ini:
Selain memahami langkah-langkah untuk penanganannya, peternak juga wajib memahami langkah pencegahan agar virus AE tidak menyebar di kandang. Meski tanpa gejala, penularan virus AEV tetap akan merugikan.
Berikut adalah beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan oleh peternak.
Pencegahan pertama ini adalah yang paling mudah untuk dilakukan, yaitu vaksinasi. Vaksinasi yang dianjurkan adalah mengombinasikan vaksin pox dan AE. Pemberian vaksinnya bisa dilakukan melalui wing web atau tusuk sayap.
Imun yang dihasilkan dari vaksin ini akan bertahan dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, vaksinasi dapat mencegah penularan AE secara vertikal atau horizontal. Pemberian vaksin ini cukup dilakukan 1 kali.
Khusus untuk ayam petelur, vaksinasi AE wajib dilakukan paling lambat 4 minggu sebelum produksi. Sangat tidak disarankan untuk memberikan vaksin lebih lambat dari itu.
Saat mencari bibit untuk diternak, usahakan yang berasal dari induk tervaksin AE. Sebelum masuk ke kandang, sebaiknya seleksi bibit DOC terlebih dahulu secara ketat. Hal ini harus dilakukan untuk menemukan kemungkinan bibit berkualitas buruk.
Untuk tips dalam menyeleksi bibit ayam, cek artikel berikut ini “Mau Beli DOC Ayam? Pahami Tips dan Trik ini agar Tak Rugi!“. Jika Anda ingin membeli bibit ayam dari induk bebas penyakit, cek produk DOC Ayam PPG.
Langkah pencegahan terakhir yang bisa dilakukan adalah disinfeksi kandang. Disinfeksi juga wajib dilakukan setelah ada temuan ayam terjangkit AE. Setelah itu, istirahatkan kandang selama 14 hari atau 2 minggu guna memutus siklus hidup dari AEV.
Penanganan dan pencegahan terhadap penularan virus Avian Encephalomyelitis pada ayam wajib dipahami oleh para peternak. Meski penularannya belum begitu luas, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa penularan akan terjadi.
Dengan misi untuk mendukung ketahanan pangan Indonesia dan kesejahteraan peternak lokal, PT Putra Perkasa Genetika (PPG) berupaya menghasilkan bibit unggas berkualitas.
Berlandaskan pengalaman bertahun-tahun dan teknologi terkini, PPG telah menjadi pembibit unggas yang bersaing dalam skala regional maupun internasional. Dapatkan berbagai pilihan DOC ayam, DOD bebek, dan berbagai perlengkapan peternakan terbaik hanya dari PPG.
Segera kunjungi halaman produk PPG untuk informasi lebih lanjut dan pemesanan.